PENDAHULUAN
Intensifikasi padi dengan asupan pupuk kimia
dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu lama, serta kurangnya memperhatikan
penggunaan bahan organik dalam sistem produksi padi sawah telah mengakibatkan
terganggunya keseimbangan hara tanah yang berakibat terhadap penurunan kualitas
sumberdaya lahan itu sendiri.
Gejala ini terlihat dibeberapa wilayah
sentra produksi padi, dimana terjadi pelandaian produktivitas, bahkan secara
nasional pada beberapa tahun terakhir ini produksi padi cenderung melandai.
Pelandaian produksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, terutama penggunaan
pupuk yang sudah melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis.
Upaya untuk menanggulangi pelandaian
produksi melalui pemupukan berimbang belum mampu mengatasi masalah tersebut,
bahkan terjadi penurunan efisiensi pemupukan. Bahkan adanya peningkatan
penggunaan pupuk kimia telah menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan.
Salah satu indikator menurunnya kualitas sumberdaya lahan, hususnya sawah adalah menurunnya kandungan C
organik tanah. Dilaporkan bahwa dari 30 lokasi tanah sawah di Indonesia yang
diambil secara acak, 68 % diantaranya mempunyai kandungan C tanah kurang dari
1,5 % dan hanya 9 % yang lebih dari 2 %.
Data tersebut mengambarkan bahwa kondisi
lahan sawah yang sudah sekian lama diusahakan secara intensif dengan asupan
agrokimia tinggi, telah mengalami semacam gejala sakit “ soil sickness”.
Agar tidak terjadi keadaan yang lebih buruk lagi, yang dapat mengganggu
keberlanjutan sistem produksi padi sawah, maka perlu ditempuh upaya-upaya guna
mengkonservasi dan merehabilitasi sumberdaya lahan yang ada. Model
intensifikasi padi sawah dimasa mendatang sudah selayaknya untuk tidak bertumpu
kepada penggunaan pupuk kimia guna mencapai target produksi, namun perlu
difikirkan dan dikembangkan upaya-upaya
untuk mengembalikan kesuburan lahan. Salah satu upaya yang dapat
ditempuh untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah pemasyarakatan kembali
penggunaan bahan organik pada usahatani padi sawah.
Bahan organik memiliki fungsi-fungsi
penting dalam tanah yaitu; fungsi fisika yang dapat memperbaiki sifat fisika
tanah seperti memperbaiki agregasi dan permeabilitas tanah; fungsi kimia dapat
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan daya sangga tanah
dan meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi
penyerapan P; dan fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi aktivitas
jasad renik tanah. Mengingat begitu penting peranan bahan organik, maka
penggunaannya pada lahan-lahan yang kesuburannya mulai menurun menjadi amat
penting untuk menjaga kelestarian sumberdaya lahan tersebut.
Pemupukan berimbang
merupakan salah satu faktor kunci untuk memperbaiki dan meningkatkan
produktivitas lahan pertanian, khususnya di daerah tropika basah yang tingkat kesuburan
tanahnya relatif rendah karena tingginya tingkat pelapukan dan pencucian hara.
Pembatas pertumbuhan tanaman yang umum dijumpai adalah kandungan hara di dalam tanah,
terutama hara makro N, P, dan K.
Untuk mengatasi hal
tersebut, tanah perlu pupuk dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman dan tingkat kesuburan tanah (uji tanah). Penetapan dosis pupuk berdasar
uji tanah membutuhkan data status N, P, dan K tanah yang ditetapkan sebelum
tanam dimulai. Dengan diketahuinya status hara tanah, maka dapat dihitung
jumlah pupuk yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai produksi optimal.
A.
PUPUK ORGANIK
Pupuk organik didapat dari hasil
dekomposisi bahan-bahan organik. Dewasa
ini pemupukan dengan pupuk anorganik atau pupuk buatan penggunaannya semakin
meningkat. Hal ini bila berlangsung terus dapat menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hara dalam tanah, dan rusaknya struktur tanah, sehingga dapat
menurunkan produktivitas tanah pertanian. Salah satu alternatif untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan pemberian bahan
organik seperti pupuk kandang ke dalam tanah. Pemberian pupuk kandang, selain
dapat meningkatkan kesuburan tanah juga dapat mengurangi penggunaan pupuk
buatan yang harganya relatif mahal dan terkadang sulit diperoleh. Pupuk kandang
adalah kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur dengan sisa-sisa pakan
dan alas kandang.
1. Manfaat Pupuk Kandang
Nilai pupuk kandang tidak saja
ditentukan oleh kandungan nitrogen, asam fosfat, dan kalium saje, tetapi karena
mengandung hampir sernua unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman
serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah.
2.
Keistimewaan Penggunaan Pupuk Kandang
- Merupakan pupuk
lengkap, karena mengandung semua hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman, juga
mengandung hara mikro.
- Mempunyai pengaruh
susulan, karena pupuk kandang mempunyai pengaruh untuk jangka waktu yang lama
dan merupakan gudang makanan bagi tanaman yang berangsur-angsur menjadi
tersedia.
- Memperbaiki struktur
tanah sehingga aerasi di dalam tanah semakin baik.
-
Meningkatkan kemampuan
tanah dalam menyimpan air.
- Meningkatkan kapasitas
tukar kation sehingga hara yang terdapat di dalam tanah mudah tersedia bagi
tanaman.
- Mencegah hilangnya
hara (pupuk) dari dalam tanah akibat proses pencucian oleh air hujan atau air
irigasi.
-
Mengandung hormon
pertumbuhan yang dapat memacu pertumbuhan tanaman.
3. Cara Penggunaan Pupuk Kandang
Kotoran ternak segar yang bercampur
dengan sisa-sisa pakan ternak tidak dapat langsung digunakan sebagaj pupuk.
Agar dapat digunakan sebagai pupuk, kotoran ternak harus mengalami proses
pelapukan (dekomposisi) terlebih dahulu. Proses pelapukan dapat dilakukan
dengan cara menyimpan kotoran ternak segar di dalam lubang atau karung plastik
selama 2-3 bulan.
Pada budidaya padi sawah, pupuk kandang diberikan
secara kombinasi dengan
pupuk
buatan. Sebelum pengolahan tanah pupuk kandang disebar merata di alas permukaan
tanah, dan selanjutnya baru dilakukan pembajakan. Jumlah pupuk kandang
yang
diberikan antara 5-10 ton perhektar, tergantung pada kesuburan tanah.
4. Hasil-Hasil Pengujian Penggunaan Pupuk Kandang
Beberapa hasil pengujian penggunaan
pupuk kandang yang telah di lakukanPada budidaya padi dilahan sawah bukaan baru
menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan hasil padi (lihat
Tabel). Lokasi pengujian adalah petakan
sawah
yang sangat porus (tidak dapat menyimpan air), lapisan olah sangat tipis, dan kandungan
bahan organik tanah yang rendah.
Takaran Pemupukan (kg/ha)
|
Prod
(ton/ha)
|
Urea
|
SP-36
|
KCL
|
Pupuk
Kandang
|
200
|
100
|
50
|
-
|
3,21
|
200
|
100
|
50
|
5.000
|
3,92
|
200
|
100
|
50
|
10.000
|
4,28
|
200
|
100
|
50
|
15.000
|
4,42
|
200
|
100
|
50
|
20.000
|
4,5
|
1.
Pengertian pupuk anorganik
Pupuk anorganik merupakan
pupuk buatan pabrik, berbahan dasar dari mineral dan udara. Bahan dasar pupuk
nitrogen adalah nitogen dari udara, sedangkan pupuk P, K, Ca, Mg dari tambang.
2. Sifat-sifat hara dalam tanah
Sumber hara N adalah pupuk urea, ZA, DAP, KNO3, dan NPK. Nitrogen
merupakan hara yang bersifat higroskopis atau mudah menyerap air dan mudah
larut dalam tanah. Hara N diserap tanaman dalam bentuk NH4 + dan NO3 -. Kadar
NH4 + terlarut tertinggi terjadi pada saat pemupukan hingga hari ke 3, mudah hilang dan tidak tersedia bagi tanaman.
Nitrogen bersifat mobil di
dalam tanah. Sumber hara P adalah pupuk TSP, SP-36, Superphos, fosfat alam,
DAP, dan NPK. Hara P dalam tanah stabil atau tidak mudah hilang. Hara K
bersumber dari pupuk KCl, MOP, KNO3, dan NPK. Hara K dalam bersifat mobil, mudah
bergerak, pada tanah tua (Ultisol dan Oxisol) mudah tercuci.
3. Sumber hara dalam tanah
Hara dalam tanah berasal
dari pelapukan bahan induk tanah, bahan organik sisa hasil panen/residu
tanaman, gulma, pupuk kandang, air irigasi, air hujan, dan endapan sedimen dari
erosi. Selain itu juga ditambahkan dari pupuk norganik.
4. Rekomendasi Pemupukan
a. Pupuk
N (urea)
Perhitungan
kebutuhan pupuk yang ada didasarkan pada tingkat produktivitas padi sawah. Pada
tingkat produktivitas rendah (<5 t/ha) dibutuhkan urea 200 kg/ha. Pada
tingkat produktivitas sedang (5-6 t/ha) dibutuhkan urea 250-300 kg/ha.
Sedangkan pada tingkat produktivitas
tinggi (>6 t/ha) dibutuhkan urea 300-400 kg/ha.
Pada
daerah yang memiliki data produktivitas padi dengan perlakuan tanpa pemupukan
N, kebutuhan pupuk urea dapat dihitung dengan menggunakan Tabel 1. Misalnya,
apabila tanaman padi di suatu lokasi menghasilkan gabah sebanyak 3 t/ha tanpa
pemupukan N, sedangkan target hasil adalah 6 t/ha, maka tambahan pupuk urea
yang diperlukan adalah sekitar 325 kg tanpa penggunaan BWD dan 250 kg dengan
BWD (Tabel 1).
Pada
tanah dengan pH tinggi (>7), seperti Vertisols di Jawa Tengah bagian timur,
Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT diperlukan penambahan pupuk ZA
sebanyak
100 kg/ha untuk meningkatkan ketersediaan hara S. Dengan penambahan ZA, takaran
urea dapat dikurangi sebanyak 50 kg/ha.
Bagan
warna daun memberikan rekomendasi penggunaan pupuk N berdasarkan tingkat
kehijauan warna daun yang mencerminkan kadar klorofil daun. Makin pucat warna
daun, makin rendah skala BWD, yang berarti makin rendah ketersediaan N di tanah
dan makin banyak pupuk N yang perlu diberikan. Rekomendasi berdasarkan BWD
memberikan jumlah dan waktu pemberian pupuk N yang diperlukan tanaman. Tabel 1
memuat rekomendasi pupuk N pada tanaman padi sawah berdasarkan target hasil
realistis yang ingin dicapai, penggunaan varietas unggul, dan teknologi
budidaya yang digunakan.
Tabel 1. Rekomendasi
umum pemupukan nitrogen pada tanaman padi sawah
Target Kenaikan
dari Pupuk N
|
Teknologi yang
digunakan
|
Rekomendasi
(kg/ha)
|
N
|
UREA
|
2,5 Ton/ha
|
Konvensional
|
125
|
275
|
Menggunkan BWD
|
90
|
200
|
Menggunkan BWD + 2
ton pupuk kandang/ha
|
75
|
125
|
3,0 ton/ha
|
Konvensional
|
145
|
325
|
Menggunkan BWD
|
112
|
250
|
Menggunkan BWD + 2
ton pupuk kandang/ha
|
100
|
225
|
3,5 ton/ha
|
Konvensional
|
170
|
375
|
Menggunkan BWD
|
135
|
300
|
Menggunkan BWD + 2
ton pupuk kandang/ha
|
125
|
275
|
Status P
dan K tanah dikelompokkan menjadi tiga
kelas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Dari masing-masing kelas status P dan
K tanah sawah telah dibuatkan rekomendasi pemupukan P (dalam bentuk SP-36) dan
K (dalam bentuk KCl).
Perangkat
Uji Tanah Sawah merupakan suatu perangkat untuk mengukur pH dan status hara P
dan K tanah yang dapat dikerjakan secara langsung di lapangan dengan relatif
cepat, mudah, dan murah. Petak Omisi (Omission
Plot) dapat
digunakan untuk menentukan takaran pupuk P dan K spesifik lokasi mengikuti
Petunjuk Teknis
Penggunaan
bahan organik, baik berupa kompos dari jerami padi maupun pupuk kandang, sangat
besar peranannya dalam meningkatkan efisiensi pemupukan. Karena itu, rekomendasi
pemupukan disusun berdasarkan ada tidaknya pemberian kompos dari jerami atau
pupuk kandang, sehingga
rekomendasi
pemupukan N, P, dan K per hektar dibagi atas : (1) takaran tanpa bahan organik,
(2) takaran dengan penggunaan kompos jerami setara 5 ton jerami segar, dan (3)
takaran dengan penggunaan 2 ton pupuk kandang.
Rekomendasi
Pemupupukan P pada tanaman padi sawah
Kelas Status Hara P Tanah
|
Kadar hara P tanah terekstrak HCL 25% (mg P2O5/100g)
|
Takaran Rekomendasi
(kg SP-36/ha)
|
Rendah
|
< 20
|
100
|
Sedang
|
20-40
|
75
|
Tinggi
|
>40
|
50
|
Rekomendasi
Pemupupukan K pada tanaman padi sawah
Kelas Status Hara
K Tanah
|
Kadar hara K tanah terekstrak HCL 25% (mg K2O/100g)
|
Takaran Rekomendasi pemupukan K (kg KCL/ha)
|
+ Jerami
|
-
jerami
|
Rendah
|
< 20
|
50
|
100
|
Sedang
|
10-20
|
0
|
50
|
Tinggi
|
>20
|
0
|
50
|
Pemupukan N, P dan K sebaiknya menggunakan Bagan Warna Daun
(BWD) dan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).
Jika karena sesuatu hal belum memungkinkan melakukan analisa
laboratorium tersebut, maka rekomendasi pemupukan dapat mengacu pada SK Kementan
No. 01/Kpts/Sr.130/12006 tanggal 03
Januari 2006. Untuk kecamatan kecamtan di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara
adalah sebagai berikut:
Kecamatan
|
Rekomendasi Pupuk (kg/ha)
|
Tanpa bahan Organik
|
Dengan 5 ton jerami/ha
|
Dengan 2 ton Pupuk Kandang/ha
|
UREA
|
SP 36
|
KCL
|
UREA
|
SP 36
|
KCL
|
UREA
|
SP 36
|
KCL
|
Kerkap
|
200
|
75*
|
100*
|
180
|
75*
|
50*
|
150
|
25*
|
80*
|
Arga
Makmur
|
200
|
75*
|
50
|
180
|
75*
|
0
|
150
|
25*
|
30
|
Lais
|
200
|
75*
|
100*
|
180
|
75*
|
50
|
150
|
25*
|
80*
|
Air
Napal
|
200
|
75*
|
100*
|
180
|
75*
|
50
|
150
|
25*
|
80
|
Air
Besi
|
200
|
75*
|
50
|
180
|
75*
|
0
|
150
|
25*
|
80
|
Padang
Jaya
|
200
|
50
|
50
|
180
|
50
|
0
|
150
|
0
|
30
|
Napal
Putih
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ketahun
|
200
|
50
|
50
|
180
|
50
|
0
|
150
|
0
|
30
|
Putri
Hijau
|
200
|
50
|
50
|
180
|
50
|
0
|
150
|
0
|
30
|
Batik
Nau
|
200
|
50
|
50
|
180
|
50
|
0
|
150
|
0
|
30
|
Giri
Mulya
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5. Waktu pemberian pupuk anorganik
Berdasarkan sifat pupuk
anorganik dan sifat hara dalam tanah, pupuk N dan K diberikan setelah tanaman
dapat menyerap unsur hara dalam tanah. Pemupukan pertama diberikan pada tanaman
berumur 7-10 hari (< 14 hari). Pupuk
N dan K diberikan lebih dari satu kali, pada tanah berpasir diberikan >2
kali. Pupuk P yang mudah larut dalam air (TSP, SP-36), Superphos dan DAP)
seluruhnya diberikan pada saat tanam. Pupuk P yang lambat tersedia (P-alam)
diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk Ca dan Mg (dolomit, kapur) diberikan
seminggu sebelum tanam. Pupuk Kieserite (Mg dan S) diberikan pada saat tanam. Pemberian pupuk yang dilakukan dengan menyebar pupuk norganik di atas tanaman (misalnya tanaman
padi sawah) dilakukan setelah tidak ada embun. Hal ini untuk menghindari plasmolisis
atau daun mengering.
6. Cara Pemberian pupuk
Cara pemberian pupuk
anorganik tergantung dari tanaman yang akan dipupuk. Tanaman padi sawah diberikan
dengan cara disebar merata di permukaan tanah. Sebelum pemberian, saluran
pemasukan dan pengeluaran air ditutup atau kondisi air dibuat macakmacak. Untuk
tanaman palawija pupuk urea, TSP/ SP-36/Superphos, KCl, Kieserite diberikan
pada lubang tugal. Lubang tugal disebelah lubang tanaman atau tanaman, dengan
kedalaman + 3 cm, antara 3-5 cm disamping tanaman. Pupuk P-alam, dolomit dan
kapur diberikan dengan cara disebar merata di atas permukaan tanah dan diaduk
dengan menggunakan cangkul atau rotari.
______________________sfr______________________
segera baca ..Perlu untuk diketahui petani dan petugas pertanian