Rabu, 09 Oktober 2013

PENTINGNYA PEMUPUKAN PADI SAWAH





PENDAHULUAN
Intensifikasi padi dengan asupan pupuk kimia dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu lama, serta kurangnya memperhatikan penggunaan bahan organik dalam sistem produksi padi sawah telah mengakibatkan terganggunya keseimbangan hara tanah yang berakibat terhadap penurunan kualitas sumberdaya lahan itu sendiri.
Gejala ini terlihat dibeberapa wilayah sentra produksi padi, dimana terjadi pelandaian produktivitas, bahkan secara nasional pada beberapa tahun terakhir ini produksi padi cenderung melandai. Pelandaian produksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, terutama penggunaan pupuk yang sudah melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis.
Upaya untuk menanggulangi pelandaian produksi melalui pemupukan berimbang belum mampu mengatasi masalah tersebut, bahkan terjadi penurunan efisiensi pemupukan. Bahkan adanya peningkatan penggunaan pupuk kimia telah menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Salah satu indikator menurunnya kualitas sumberdaya lahan,  hususnya sawah adalah menurunnya kandungan C organik tanah. Dilaporkan bahwa dari 30 lokasi tanah sawah di Indonesia yang diambil secara acak, 68 % diantaranya mempunyai kandungan C tanah kurang dari 1,5 % dan hanya 9 % yang lebih dari 2 %.
Data tersebut mengambarkan bahwa kondisi lahan sawah yang sudah sekian lama diusahakan secara intensif dengan asupan agrokimia tinggi, telah mengalami semacam gejala sakit “ soil sickness”. Agar tidak terjadi keadaan yang lebih buruk lagi, yang dapat mengganggu keberlanjutan sistem produksi padi sawah, maka perlu ditempuh upaya-upaya guna mengkonservasi dan merehabilitasi sumberdaya lahan yang ada. Model intensifikasi padi sawah dimasa mendatang sudah selayaknya untuk tidak bertumpu kepada penggunaan pupuk kimia guna mencapai target produksi, namun perlu difikirkan dan dikembangkan upaya-upaya  untuk mengembalikan kesuburan lahan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah pemasyarakatan kembali penggunaan bahan organik pada usahatani padi sawah.
Bahan organik memiliki fungsi-fungsi penting dalam tanah yaitu; fungsi fisika yang dapat memperbaiki sifat fisika tanah seperti memperbaiki agregasi dan permeabilitas tanah; fungsi kimia dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan daya sangga tanah dan meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan P; dan fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi aktivitas jasad renik tanah. Mengingat begitu penting peranan bahan organik, maka penggunaannya pada lahan-lahan yang kesuburannya mulai menurun menjadi amat penting untuk menjaga kelestarian sumberdaya lahan tersebut.
Pemupukan berimbang merupakan salah satu faktor kunci untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di daerah tropika basah yang tingkat kesuburan tanahnya relatif rendah karena tingginya tingkat pelapukan dan pencucian hara. Pembatas pertumbuhan tanaman yang umum dijumpai adalah kandungan hara di dalam tanah, terutama hara makro N, P, dan K.
Untuk mengatasi hal tersebut, tanah perlu pupuk dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah (uji tanah). Penetapan dosis pupuk berdasar uji tanah membutuhkan data status N, P, dan K tanah yang ditetapkan sebelum tanam dimulai. Dengan diketahuinya status hara tanah, maka dapat dihitung jumlah pupuk yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai produksi optimal.

A.   PUPUK ORGANIK

Pupuk organik didapat dari hasil dekomposisi bahan-bahan organik.  Dewasa ini pemupukan dengan pupuk anorganik atau pupuk buatan penggunaannya semakin meningkat. Hal ini bila berlangsung terus dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hara dalam tanah, dan rusaknya struktur tanah, sehingga dapat menurunkan produktivitas tanah pertanian. Salah satu alternatif untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan pemberian bahan organik seperti pupuk kandang ke dalam tanah. Pemberian pupuk kandang, selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga dapat mengurangi penggunaan pupuk buatan yang harganya relatif mahal dan terkadang sulit diperoleh. Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur dengan sisa-sisa pakan dan alas kandang.

1.     Manfaat Pupuk Kandang
Nilai pupuk kandang tidak saja ditentukan oleh kandungan nitrogen, asam fosfat, dan kalium saje, tetapi karena mengandung hampir sernua unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah.

2.     Keistimewaan Penggunaan Pupuk Kandang
  • Merupakan pupuk lengkap, karena mengandung semua hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman, juga mengandung hara mikro.
  • Mempunyai pengaruh susulan, karena pupuk kandang mempunyai pengaruh untuk jangka waktu yang lama dan merupakan gudang makanan bagi tanaman yang berangsur-angsur menjadi tersedia.
  • Memperbaiki struktur tanah sehingga aerasi di dalam tanah semakin baik.
  • Meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.
  • Meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga hara yang terdapat di dalam tanah mudah tersedia bagi tanaman.
  • Mencegah hilangnya hara (pupuk) dari dalam tanah akibat proses pencucian oleh air hujan atau air irigasi.
  • Mengandung hormon pertumbuhan yang dapat memacu pertumbuhan tanaman.

3.     Cara Penggunaan Pupuk Kandang
Kotoran ternak segar yang bercampur dengan sisa-sisa pakan ternak tidak dapat langsung digunakan sebagaj pupuk. Agar dapat digunakan sebagai pupuk, kotoran ternak harus mengalami proses pelapukan (dekomposisi) terlebih dahulu. Proses pelapukan dapat dilakukan dengan cara menyimpan kotoran ternak segar di dalam lubang atau karung plastik selama 2-3 bulan.
Pada budidaya padi sawah, pupuk kandang diberikan secara kombinasi dengan
pupuk buatan. Sebelum pengolahan tanah pupuk kandang disebar merata di alas permukaan tanah, dan selanjutnya baru dilakukan pembajakan. Jumlah pupuk kandang
yang diberikan antara 5-10 ton perhektar, tergantung pada kesuburan tanah.

4.     Hasil-Hasil Pengujian Penggunaan Pupuk Kandang
Beberapa hasil pengujian penggunaan pupuk kandang yang telah di lakukanPada budidaya padi dilahan sawah bukaan baru menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan hasil padi (lihat Tabel). Lokasi pengujian adalah petakan
sawah yang sangat porus (tidak dapat menyimpan air), lapisan olah sangat tipis, dan kandungan bahan organik tanah yang rendah.
Takaran Pemupukan (kg/ha)
Prod (ton/ha)
Urea
SP-36
KCL
Pupuk
Kandang
200
100
50
-
3,21
200
100
50
5.000
3,92
200
100
50
10.000
4,28
200
100
50
15.000
4,42
200
100
50
20.000
4,5


B.   PUPUK  ANORGANIK
1.     Pengertian pupuk anorganik
Pupuk anorganik merupakan pupuk buatan pabrik, berbahan dasar dari mineral dan udara. Bahan dasar pupuk nitrogen adalah nitogen dari udara, sedangkan pupuk P, K, Ca, Mg dari tambang.

2.     Sifat-sifat hara dalam tanah
Sumber hara N adalah pupuk urea, ZA, DAP, KNO3, dan NPK. Nitrogen merupakan hara yang bersifat higroskopis atau mudah menyerap air dan mudah larut dalam tanah. Hara N diserap tanaman dalam bentuk NH4 + dan NO3 -. Kadar NH4 + terlarut tertinggi terjadi pada saat pemupukan hingga hari ke 3, mudah  hilang dan tidak tersedia bagi tanaman.
Nitrogen bersifat mobil di dalam tanah. Sumber hara P adalah pupuk TSP, SP-36, Superphos, fosfat alam, DAP, dan NPK. Hara P dalam tanah stabil atau tidak mudah hilang. Hara K bersumber dari pupuk KCl, MOP, KNO3, dan NPK. Hara K dalam bersifat mobil, mudah bergerak, pada tanah tua (Ultisol dan Oxisol) mudah tercuci.

3.     Sumber hara dalam tanah
Hara dalam tanah berasal dari pelapukan bahan induk tanah, bahan organik sisa hasil panen/residu tanaman, gulma, pupuk kandang, air irigasi, air hujan, dan endapan sedimen dari erosi. Selain itu juga ditambahkan dari pupuk  norganik.

4.  Rekomendasi Pemupukan
a.   Pupuk N (urea)
Perhitungan kebutuhan pupuk yang ada didasarkan pada tingkat produktivitas padi sawah. Pada tingkat produktivitas rendah (<5 t/ha) dibutuhkan urea 200 kg/ha. Pada tingkat produktivitas sedang (5-6 t/ha) dibutuhkan urea 250-300 kg/ha. Sedangkan  pada tingkat produktivitas tinggi (>6 t/ha) dibutuhkan urea 300-400 kg/ha.
Pada daerah yang memiliki data produktivitas padi dengan perlakuan tanpa pemupukan N, kebutuhan pupuk urea dapat dihitung dengan menggunakan Tabel 1. Misalnya, apabila tanaman padi di suatu lokasi menghasilkan gabah sebanyak 3 t/ha tanpa pemupukan N, sedangkan target hasil adalah 6 t/ha, maka tambahan pupuk urea yang diperlukan adalah sekitar 325 kg tanpa penggunaan BWD dan 250 kg dengan BWD (Tabel 1).

Pada tanah dengan pH tinggi (>7), seperti Vertisols di Jawa Tengah bagian timur, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT diperlukan penambahan pupuk ZA
sebanyak 100 kg/ha untuk meningkatkan ketersediaan hara S. Dengan penambahan ZA, takaran urea dapat dikurangi sebanyak 50 kg/ha.

Bagan warna daun memberikan rekomendasi penggunaan pupuk N berdasarkan tingkat kehijauan warna daun yang mencerminkan kadar klorofil daun. Makin pucat warna daun, makin rendah skala BWD, yang berarti makin rendah ketersediaan N di tanah dan makin banyak pupuk N yang perlu diberikan. Rekomendasi berdasarkan BWD memberikan jumlah dan waktu pemberian pupuk N yang diperlukan tanaman. Tabel 1 memuat rekomendasi pupuk N pada tanaman padi sawah berdasarkan target hasil realistis yang ingin dicapai, penggunaan varietas unggul, dan teknologi budidaya yang digunakan.

Tabel 1. Rekomendasi umum pemupukan nitrogen pada tanaman padi sawah
Target Kenaikan dari Pupuk N
Teknologi yang digunakan
Rekomendasi (kg/ha)
N
UREA
2,5 Ton/ha
Konvensional
125
275
Menggunkan BWD
90
200
Menggunkan BWD + 2 ton pupuk kandang/ha
75
125
3,0 ton/ha
Konvensional
145
325
Menggunkan BWD
112
250
Menggunkan BWD + 2 ton pupuk kandang/ha
100
225
3,5 ton/ha
Konvensional
170
375
Menggunkan BWD
135
300
Menggunkan BWD + 2 ton pupuk kandang/ha
125
275


b. Pupuk P dan K
Status P dan K tanah dikelompokkan  menjadi tiga kelas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Dari masing-masing kelas status P dan K tanah sawah telah dibuatkan rekomendasi pemupukan P (dalam bentuk SP-36) dan K (dalam bentuk KCl).  
Perangkat Uji Tanah Sawah merupakan suatu perangkat untuk mengukur pH dan status hara P dan K tanah yang dapat dikerjakan secara langsung di lapangan dengan relatif cepat, mudah, dan murah. Petak Omisi (Omission
Plot) dapat digunakan untuk menentukan takaran pupuk P dan K spesifik lokasi mengikuti Petunjuk Teknis
Penggunaan bahan organik, baik berupa kompos dari jerami padi maupun pupuk kandang, sangat besar peranannya dalam meningkatkan efisiensi pemupukan. Karena itu, rekomendasi pemupukan disusun berdasarkan ada tidaknya pemberian kompos dari jerami atau pupuk kandang, sehingga
rekomendasi pemupukan N, P, dan K per hektar dibagi atas : (1) takaran tanpa bahan organik, (2) takaran dengan penggunaan kompos jerami setara 5 ton jerami segar, dan (3) takaran dengan penggunaan 2 ton pupuk kandang.

Rekomendasi Pemupupukan P pada  tanaman padi sawah
Kelas Status Hara P Tanah
Kadar hara P tanah terekstrak HCL 25% (mg P2O5/100g)
Takaran Rekomendasi
(kg SP-36/ha)
Rendah
< 20
100
Sedang
20-40
75
Tinggi
>40
50

Rekomendasi Pemupupukan K pada  tanaman padi sawah
Kelas Status Hara
K Tanah
Kadar hara K tanah terekstrak HCL 25% (mg K2O/100g)
Takaran Rekomendasi pemupukan K (kg KCL/ha)
+ Jerami
-          jerami
Rendah
< 20
50
100
Sedang
10-20
0
50
Tinggi
>20
0
50

Pemupukan N, P dan K sebaiknya menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) dan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).  Jika karena sesuatu hal belum memungkinkan melakukan analisa laboratorium tersebut, maka rekomendasi pemupukan dapat mengacu pada SK Kementan No. 01/Kpts/Sr.130/12006  tanggal 03 Januari 2006. Untuk kecamatan kecamtan di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara adalah sebagai berikut:



Kecamatan
Rekomendasi Pupuk (kg/ha)
Tanpa bahan Organik
Dengan 5 ton jerami/ha
Dengan 2 ton Pupuk Kandang/ha
UREA
SP 36
KCL
UREA
SP 36
KCL
UREA
SP 36
KCL
Kerkap
200
75*
100*
180
75*
50*
150
25*
80*
Arga Makmur
200
75*
50
180
75*
0
150
25*
30
Lais
200
75*
100*
180
75*
50
150
25*
80*
Air Napal
200
75*
100*
180
75*
50
150
25*
80
Air Besi
200
75*
50
180
75*
0
150
25*
80
Padang Jaya
200
50
50
180
50
0
150
0
30
Napal Putih
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ketahun
200
50
50
180
50
0
150
0
30
Putri Hijau
200
50
50
180
50
0
150
0
30
Batik Nau
200
50
50
180
50
0
150
0
30
Giri Mulya
-
-
-
-
-
-
-
-
-


5.     Waktu pemberian pupuk anorganik
Berdasarkan sifat pupuk anorganik dan sifat hara dalam tanah, pupuk N dan K diberikan setelah tanaman dapat menyerap unsur hara dalam tanah. Pemupukan pertama diberikan pada tanaman berumur 7-10 hari (< 14 hari).  Pupuk N dan K diberikan lebih dari satu kali, pada tanah berpasir diberikan >2 kali. Pupuk P yang mudah larut dalam air (TSP, SP-36), Superphos dan DAP) seluruhnya diberikan pada saat tanam. Pupuk P yang lambat tersedia (P-alam) diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk Ca dan Mg (dolomit, kapur) diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk Kieserite (Mg dan S) diberikan pada saat tanam. Pemberian pupuk yang dilakukan dengan menyebar pupuk  norganik di atas tanaman (misalnya tanaman padi sawah) dilakukan setelah tidak ada embun. Hal ini untuk menghindari plasmolisis atau daun mengering.
6.     Cara Pemberian pupuk
Cara pemberian pupuk anorganik tergantung dari tanaman yang akan dipupuk. Tanaman padi sawah diberikan dengan cara disebar merata di permukaan tanah. Sebelum pemberian, saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup atau kondisi air dibuat macakmacak. Untuk tanaman palawija pupuk urea, TSP/ SP-36/Superphos, KCl, Kieserite diberikan pada lubang tugal. Lubang tugal disebelah lubang tanaman atau tanaman, dengan kedalaman + 3 cm, antara 3-5 cm disamping tanaman. Pupuk P-alam, dolomit dan kapur diberikan dengan cara disebar merata di atas permukaan tanah dan diaduk dengan menggunakan cangkul atau rotari.

______________________sfr______________________


segera baca ..Perlu untuk diketahui petani dan petugas pertanian